Budaya dalam berpakaian
di Negara-negara Barat dan Timur memang berbeda, terlebih Indonesia yang lebih
tertutup. Negara-negara barat memiliki budaya yang lebih fulgar baik untuk
laki-laki maupun perempuan. Untuk perempuan misalnya, mereka lebih terbuka
untuk memperlihatkan bentuk-bentuk tubuhnya, bahkan sebagaian tubuhnya
dibiarkan terbuka. Meski saat ini beberapa perempuan Indonesia juga sudah
berpenampilan demikian. Salah satu penyebabnya perempuan Indonesia berpakaian
seperti itu dikarenakan sudah mulai masuknya budaya barat.
Namun, tentu saja belum mengalahkan budaya yang dilakukan
oleh orang-orang barat. Pada tahun 2008 silam tepatnya pada 28 Juli, saya
sedang jalan-jalan ke Pulau Bali tepatnya ke Pantai Kuta. Disana ternyata
tempatnya para kaum fulgar untuk berlibur dan santai berjemur menikmati
hangatnya sinar matahari. Para wanita yang berasal dari luar negeri cukup
banyak disana, dari pagi hari hingga sore bahkan malam pun masih cukup ramai.
Warga asing tersebut tidak
hanya berjemur saja tetapi juga melakukan berbagai aktifitas seperti
berselancar bermain pasir atau sekedar berfoto-foto. Namun yang lebih miris di
Pantai Kuta tersebut adalah suasana pantai bak pantai-pantai di Eropa, Amerika
atau Australia, sebab
pengunjung terbanyak di tempat tersebut adalah warga asing, sedangkan pengunjung lokal tak sebanding.
pengunjung terbanyak di tempat tersebut adalah warga asing, sedangkan pengunjung lokal tak sebanding.
Terlebih cara berpakaian
para turis asing tersebut yang sronok dengan busana fulgar, baik laki-laki
maupun perempuan. Tak hanya itu para turis asing tersebut melakukan berbagai
adegan erotis yang cukup bertentangan dengan tradisi budaya-budaya dan etika
masyarakat Indonesia. Adegan tersebut misalnya berganti pakaian saat mereka
ingin berselancar atau bermain air pantai, adegan ganti baju yang fulgar tanpa
ada yang menutup-nutupi tersebut menjadi tontonan gratis di area itu.
Selain adegan itu,
mereka juga sering bermesraan dengan pasangannya dengan fulgarnya, atau mereka
berjemur dan dipijat tanpa menutup daerah-daerah sensitive pada tubuhnya. Pakain
renang nan simple hanya menutup bagian penting-penting saja sudah menjadi hal
sangat lumrah. Bagi mereka busana dan penampilannya itu sudah biasa dan tidak
ada yang masalah bagi mereka.
Namun, bagaimana dengan
budaya dan tradisi Indonesia yang tertutup dan menjunjung tinggi nilai-nilai
kesopanan? Hal ini tentu yang manjadi pokok bahasan dan harus menjadi bahan
renungan. Apakah akan terus dibiarkan atau ada solusi lain yang lebih tepat
agar semua dapat berjalan tanpa merusak norma dan etika masyarakat Indonesia.
Bila melihat tradisi
masyarakat Indonesia, adalah masyarakat yang sopan dan sangat sangat menjunjung
tinggi norma-norma budaya. Apalagi masyarakat pemeluk agama islam taat,
berbusana fulgar merupakan hal yang sangat dilarang. Terlebih untuk kaum perempuan,
soal pakaian cukup menjadi perhatian, sebab pakaian terbuka dengan
memperlihatkan bagian-bagian tubuh adalah tindakan mengumbar aurat yang sangat
dikecam dan diharamkan.
Sangat kontras tentunya
dengan tindakan para turis yang berada di Pulau Bali, khususnya di Pantai Kuta.
Sudah banyak mengkritik mengenai hal ini namun tentunya bila ini tidak di
perbolehkan akan berpengaruh pada pendapatan daerah dan pendapatan negara.
Karena, turis yang masuk ke Indonesia sangat berpengaruh pada pendapatan devisa
negara, sehingga hal ini seolah buah simalakama.
Disatu sisi Negara ini
harus tetap mempertahankan tradisi timur yang tetap menanamkan norma-norma kesopanan.
Disatu sisi, turis-turis ini cukup membantu dalam pendapatan Negara Indonesia.
Bila para turis dengan berbagai budaya fulgar tersebut tidak diperkenankan
masuk dan berkunjung, Indonesia merasa takut, karena diprediksi akan menurunkan
minat pengunjung yang berefek pada devisa.
Namun sebenarnya, bila
filter terhadap budaya asing diterapkan dengan konsiten, sangat mungkin
Indonesia bisa steril dari pemandangan yang kontras tersebut. Sebab, Indonesia
memiliki alam yang cukup indah, menarik dan bagus, sehingga alasan turis untuk
tidak datang mengunjungi Indonesia cukup kecil. Menurut saya, Indonesia seharunya
membuat peraturan yang bisa membatasi masyarakat dan pendatang untuk berbusana
sopan tidak fulgar dan menghargai norma dan budaya Indonesia.
Setidaknya, dengan
aturan bagi masyarakat dan pengunjung untuk berbusana sopan akan memperlihatkan
identitas masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi norma dalam berpakaian. Indonesia
tak perlu takut akan kehilangan turis dan devisa, karena jika dalam promosinya
bagus ke negara-negara luar, maka minat turis untuk mengunjungi Indonesia tidak
akan menurun.
Jika budaya dari luar
dibiarkan masuk tanpa ada filter, maka generasi muda Indonesia yang akan
menjadi sasarannya. Bahkan degradasi budaya
yang ditakutkan oleh banyak kalangan pun tak bisa terelakkan. Saat ini saja
misalnya, baik anak muda sudah mulai ikut-ikutan berbusana yang fulgar layaknya
para turis yang sedang berlibur di Pantai Kuta. Sepuluh atau dua puluh tahun
mendatang mungkin saja bisa lebih dari saat ini atau bahkan mungkin sama, dan
lunturlah etika, norma dan budaya bangsa ini.
No comments:
Post a Comment