Saturday, November 24, 2012

Etika Berpakaian di Pantai Kuta Bali



Budaya dalam berpakaian di Negara-negara Barat dan Timur memang berbeda, terlebih Indonesia yang lebih tertutup. Negara-negara barat memiliki budaya yang lebih fulgar baik untuk laki-laki maupun perempuan. Untuk perempuan misalnya, mereka lebih terbuka untuk memperlihatkan bentuk-bentuk tubuhnya, bahkan sebagaian tubuhnya dibiarkan terbuka. Meski saat ini beberapa perempuan Indonesia juga sudah berpenampilan demikian. Salah satu penyebabnya perempuan Indonesia berpakaian seperti itu dikarenakan sudah mulai masuknya budaya barat.
Namun, tentu  saja belum mengalahkan budaya yang dilakukan oleh orang-orang barat. Pada tahun 2008 silam tepatnya pada 28 Juli, saya sedang jalan-jalan ke Pulau Bali tepatnya ke Pantai Kuta. Disana ternyata tempatnya para kaum fulgar untuk berlibur dan santai berjemur menikmati hangatnya sinar matahari. Para wanita yang berasal dari luar negeri cukup banyak disana, dari pagi hari hingga sore bahkan malam pun masih cukup ramai.
Warga asing tersebut tidak hanya berjemur saja tetapi juga melakukan berbagai aktifitas seperti berselancar bermain pasir atau sekedar berfoto-foto. Namun yang lebih miris di Pantai Kuta tersebut adalah suasana pantai bak pantai-pantai di Eropa, Amerika atau Australia, sebab
pengunjung terbanyak di tempat tersebut adalah warga asing, sedangkan pengunjung lokal tak sebanding.
Terlebih cara berpakaian para turis asing tersebut yang sronok dengan busana fulgar, baik laki-laki maupun perempuan. Tak hanya itu para turis asing tersebut melakukan berbagai adegan erotis yang cukup bertentangan dengan tradisi budaya-budaya dan etika masyarakat Indonesia. Adegan tersebut misalnya berganti pakaian saat mereka ingin berselancar atau bermain air pantai, adegan ganti baju yang fulgar tanpa ada yang menutup-nutupi tersebut menjadi tontonan gratis di area itu.
Selain adegan itu, mereka juga sering bermesraan dengan pasangannya dengan fulgarnya, atau mereka berjemur dan dipijat tanpa menutup daerah-daerah sensitive pada tubuhnya. Pakain renang nan simple hanya menutup bagian penting-penting saja sudah menjadi hal sangat lumrah. Bagi mereka busana dan penampilannya itu sudah biasa dan tidak ada yang masalah bagi mereka.
Namun, bagaimana dengan budaya dan tradisi Indonesia yang tertutup dan menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan? Hal ini tentu yang manjadi pokok bahasan dan harus menjadi bahan renungan. Apakah akan terus dibiarkan atau ada solusi lain yang lebih tepat agar semua dapat berjalan tanpa merusak norma dan etika masyarakat Indonesia.
Bila melihat tradisi masyarakat Indonesia, adalah masyarakat yang sopan dan sangat sangat menjunjung tinggi norma-norma budaya. Apalagi masyarakat pemeluk agama islam taat, berbusana fulgar merupakan hal yang sangat dilarang. Terlebih untuk kaum perempuan, soal pakaian cukup menjadi perhatian, sebab pakaian terbuka dengan memperlihatkan bagian-bagian tubuh adalah tindakan mengumbar aurat yang sangat dikecam dan diharamkan.
Sangat kontras tentunya dengan tindakan para turis yang berada di Pulau Bali, khususnya di Pantai Kuta. Sudah banyak mengkritik mengenai hal ini namun tentunya bila ini tidak di perbolehkan akan berpengaruh pada pendapatan daerah dan pendapatan negara. Karena, turis yang masuk ke Indonesia sangat berpengaruh pada pendapatan devisa negara, sehingga hal ini seolah buah simalakama.
Disatu sisi Negara ini harus tetap mempertahankan tradisi timur yang tetap menanamkan norma-norma kesopanan. Disatu sisi, turis-turis ini cukup membantu dalam pendapatan Negara Indonesia. Bila para turis dengan berbagai budaya fulgar tersebut tidak diperkenankan masuk dan berkunjung, Indonesia merasa takut, karena diprediksi akan menurunkan minat pengunjung yang berefek pada devisa.
Namun sebenarnya, bila filter terhadap budaya asing diterapkan dengan konsiten, sangat mungkin Indonesia bisa steril dari pemandangan yang kontras tersebut. Sebab, Indonesia memiliki alam yang cukup indah, menarik dan bagus, sehingga alasan turis untuk tidak datang mengunjungi Indonesia cukup kecil. Menurut saya, Indonesia seharunya membuat peraturan yang bisa membatasi masyarakat dan pendatang untuk berbusana sopan tidak fulgar dan menghargai norma dan budaya Indonesia.
Setidaknya, dengan aturan bagi masyarakat dan pengunjung untuk berbusana sopan akan memperlihatkan identitas masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi norma dalam berpakaian. Indonesia tak perlu takut akan kehilangan turis dan devisa, karena jika dalam promosinya bagus ke negara-negara luar, maka minat turis untuk mengunjungi Indonesia tidak akan menurun.
Jika budaya dari luar dibiarkan masuk tanpa ada filter, maka generasi muda Indonesia yang akan menjadi sasarannya. Bahkan  degradasi budaya yang ditakutkan oleh banyak kalangan pun tak bisa terelakkan. Saat ini saja misalnya, baik anak muda sudah mulai ikut-ikutan berbusana yang fulgar layaknya para turis yang sedang berlibur di Pantai Kuta. Sepuluh atau dua puluh tahun mendatang mungkin saja bisa lebih dari saat ini atau bahkan mungkin sama, dan lunturlah etika, norma dan budaya bangsa ini.  

No comments:

Post a Comment