Etos Kerja Bangsa
Jerman
Dalam hal etos kerja
negara yang duabelas tahun periode Adolf Hitler merupakan aib bagi bangsa
Jerman yang sebelumnya dikenal sebagai negara yang telah melahirkan
filsuf-filsuf besar, penulis, komposer, dan ilmuwan setara Albert Einstein.
Sisi gelap itu terus membayangi bangsa ini, hingga kini.
”Mungkin akan sulit
bagi orang asing untuk mengerti betapa beban masa lalu itu telah memengaruhi
bangsa Jerman di segala hal,” kata Klaus Liedtke, Pemimpin Redaksi National
Geographic Jerman, yang dilahirkan pada tahun 1944. ”Selama 20 tahun pertama
setelah perang berakhir, kami selalu dihadapkan dan diingatkan pada rasa
bersalah itu dan kami tidak bisa hidup normal,” katanya. ”Tahun-tahun kehidupan
awal saya sangat berat. Saya selalu merasa malu dengan negara saya. Dan di
sekolah semua keburukan ini diajarkan dan ditanamkan.
Sulit bagi kami untuk
merasa bangga terhadap negara ini. Karena yang orang luar lihat tentang Jerman
hanyalah 12 tahun masa kepemimpinan Hitler, bahwa Jerman adalah negara yang
menyerang Eropa dua kali dan melakukan kejahatan perang,” ujarnya.
Berdasarkan survei yang
dilakukan Eurobarometer, Jerman memiliki peringkat terendah di antara 25
anggota Uni Eropa dalam hal kebanggaan nasional (national pride). Sedangkan
survei yang dilakukan majalah Spiegel terhadap 1.000 responden bulan Maret 2005
menunjukkan bahwa nilai ”kesadaran nasional” (national consciousness) merupakan
nilai yang paling rendah (26-31 persen) di antara nilai-nilai lainnya yang
dianggap penting dalam kehidupan rakyat Jerman. Nilai yang tertinggi
peringkatnya adalah kejujuran dan integritas (81-83 persen).
Setelah perang dunia
berakhir, kami berhasil dengan baik di bidang ekonomi, tapi kami tak terlalu
berhasil dalam cara kami memperlakukan masa lalu,” kata Marianne Zepp, Ketua
Departemen Sejarah dan Demokrasi dari Heinrich Boll Foundation. Zepp menganggap
sisi gelap sejarah Jerman sebagai ”bagian dari identitas” bangsanya. Sisi ini
akan muncul ke permukaan setiap kali warga Jerman dihadapkan pada pertanyaan
menyangkut perang dan perdamaian, isu Israel dan Yahudi, ataupun isu rasisme
dan radikalisme.
Generasi pasca-Perang
Dunia II adalah yang paling merasakan beban ini karena setidaknya ada anggota
keluarga mereka yang ”tersangkut” dengan aib itu. Prof Dr Wolfgang Wippermann,
ahli sejarah modern dari Friedrich-Meinecke Institut, Freie Universitat Berlin,
mengenang betapa ia dan rekan segenerasinya sulit untuk terbebas dari ikatan
”keterlibatan” itu.
Proses
panjang
Penerimaan terhadap aib
di masa lalu menjadi sebuah proses panjang dan bertahap. Usai PD II negeri ini
hancur berkeping-keping dan ada sekitar 10 juta penduduk yang kehilangan tempat
tinggal. Belum lagi para pengungsi yang terusir dari kediamannya setelah
wilayah Jerman dipangkas berdasarkan kesepakatan Postdam. Rakyat Jerman memang
tak memiliki pilihan. Untuk bisa bertahan hidup, mereka harus bangkit dan
berkonsentrasi penuh pada gagasan ”pembangunan kembali”. Membangun kembali
ekonomi, kota-kota yang hancur, dan tentunya membangun kembali kehidupan
mereka.
”Rakyat Jerman harus
bekerja untuk bertahan hidup. Selama 30 tahun mentalitas ini berkembang bahwa
Anda harus bekerja keras setiap hari, bahwa Anda harus menciptakan keajaiban
ekonomi, dan seandainya Anda berhasil mungkin tetangga-tetangga Anda akan
melupakan kejahatan yang telah Anda lakukan di PD II. Dengan kata lain, rakyat
Jerman saat itu telah membantu memunculkan etos negeri ini yang dikaitkan
dengan kerja keras dan mengejar pertumbuhan ekonomi,” kata Klaus Liedtke.
Pihak Sekutu
mengerahkan segala cara agar militerisme Jerman tidak bisa bangkit lagi, antara
lain melalui ”De-Nazifikasi”. Di satu sisi, Sekutu ingin ”menghukum” Jerman,
tapi di sisi lain mereka juga berhati-hati dalam langkahnya agar rakyat tidak
berpaling pada komunisme jika perekonomian memburuk.
Perang Dingin pada
akhirnya mengubah pendekatan Sekutu. Hal itu tercermin dalam kebijakan ekonomi
yang diterapkan melalui Marshall Plan atau Europe Recovery Programme. Pada
intinya, AS menganggap bahwa sebuah Eropa yang sejahtera membutuhkan kontribusi
ekonomi dari sebuah ”Jerman yang stabil dan sejahtera”.
Marshall Plan telah
”berjasa” dalam hal mendepolitisasi industri, di mana industri lebih terfokus
pada peningkatan produktivitas. Karyawan yang rela digaji rendah, tingkat aksi
pemogokan yang rendah, dan menurunnya karakter militansi dalam tubuh asosiasi
buruh, ikut mempercepat pergerakan ekonomi di Jerman. Inilah yang disebut psikologi
”rebuilding”. (Mary Fulbrook, hal 182).
”Jangan lupa, bangsa
Jerman tidak bangkit dengan sendirinya. Selain ada Marshall Plan, Jerman juga
memperoleh keuntungan dari Perang Korea tahun 1950 dan Perang Vietnam,” kata
Sven Hansen, editor Asia-Pasifik surat kabar Die Tageszeitung.
Kesuksesan ekonomi
menjadi faktor signifikan dalam mengarahkan rakyat Jerman untuk komit terhadap
nilai-nilai demokrasi. ”Demokrasi bukan hanya soal parlemen atau pembagian
kekuasaan antara eksekutif dan legislatif. Demokrasi juga sangat terkait dengan
masa lalu sebuah bangsa dan ketika kita menyadarinya bahwa kesalahan itu tidak
boleh terjadi lagi,” kata Wippermann yang bangga bahwa para mahasiswanya yang
berusia 30 sampai 40 tahun lebih muda dari dirinya dan sama sekali tak memiliki
kontak dengan periode Hitler, tetap kritis dalam menilai sejarah Jerman.
”Tujuan kita bukanlah
bagaimana menguasai masa lalu, tapi bagaimana kita belajar dari sejarah, dan
kemudian menjadikannya sebagai bagian integral dari identitas nasional kita,”
lanjutnya.
Dari wacana di atas
dapat disimpulkan bahwa walaupun Bangsa Jerman yang memiliki sejarah yang cukup
kelam, hal itu tidak menjadikan Jerman semakin terpuruk. Hal yang terjadi ialah
sebaliknya, Jerman selalu belajar dari masa lalu, belajar dari sejarah dan
sampai sekarang Jerman menjadi negara yang maju. Peningkatan ekomoni yang ada
pada negara ini juga berkat pembentukan karakter budaya bangsa ini khususnya
dalam kegiatan komunikasi bisnis. Karakteristik dari budaya bisnis negara ini
pun sangat kental dengan jati diri dari orang-orang yang membangun dan merintis
negara ini menjadi salah satu negara dengan kekuatan ekonomi terbaik diantara
negara-negara maju yang ada di dunia seperti Amerika, Perancis, Inggris, Jepang
maupun negara-negara timur tengah.
Hal ini dapat
dibuktikan dengan konsistennya negara ini di saat badai krisis ekonomi yang
melanda negara-negara pada kawasan uni eropa beberapa waktu yang lalu. Jerman
dapat bertahan serta masih tetap eksis sebagai negara dengan kekuatan ekonomi
tertinggi di antara negara-negara yang ada di benua eropa. Oleh karena itu,
sangat penting untuk kita membahas karakteristik budaya bisnis dari negara ini
sebagai sebuah pengetahuan yang dapat berguna di masa yang akan datang. Juga
sebagaimana Indonesia merupakan negara yang berkembang, sehingga dengan
mempelajari dan memahami budaya tersebut agar dapat memudahkan masyarakat
negara Indonesia menjalin hubungan kerja sama dengan negara Jerman. Berikut
ulasan mengenai karakteristik budaya bisnis Jerman.
Karakteristik budaya
bisnis Jerman
Karaktristik budaya
bisnis Jerman adalah bersikap monokronik terhadap penggunaan waktu, misalnya
hasrat menyelesaikan serangkaian tindakan sebelum memulai tindakan lain;
keyakinan yang kuat bahwa mereka adalah negosiator yang jujur dan terus terang;
dan cendrung bersikap lugas dan menyampaikan ketidak stujuan secara terbuka
daripada menunjukkan kesopanan atau diplomasi.
Perusahaan Jerman
adalah entitas tradisional yang bergerak lambat, yang dibebani oleh
petunjuk-petunjuk, sistem dan jalur-jalur hierarkis yang oleh orang-orang Eropa
dan Amerika Serikat dianggap terlalu kaku dan ketinggalan zaman. Hierarki
bersifat perintah, yang seringkali mengakibatkan rasa hormat yang berlebihan
kepada seorang atasan langsung dan CEO (Chief Executive Officer).
Bos pada orang Jerman
adalah orang yang punya privasi tinggi, yang biasanya duduk terpisah di kantor
yang besar di balik pintu yang tertutup. Para eksekutif Amerika dan Skandinavia
lebih menyukai kebijakan pintu terbuka dan mengelilingi koridor dan
berbincang-bincang dengan rekan sekerja. Komunikasi horizontal ini sangat
berbeda dengan sisitem vertical Jerman, di mana interaksi hanya disampaikan
kepada bawahan langsung, dan disimpan dengan kaku pada bagian (departemen)
seseorang.
Di banyak negara
terdapat persaingan bagian, tetapi ketika berhubungan dengan orang Jerman kita
harus ingat bahwa orang Jerman bisa sangat sensitive dalam hal ini. berusahalah
selalu untuk menemukan orang yang tepat untuk memperoleh tiap pesan. Jika anda
menghina orang Jerman, ia akan mengingatnya untuk waktu yang panjang.
Orang Jerman sangat
menghormati harta milik dan kekayaan. Bangunan yang kokoh, mobil dan pakaian
yang bagus adalah penting bagi mereka dan mereka akan membuat kita terkesan
dengan semua ini. Kita harus mengakui kehebatan harta milik orang Jerman dan
merasa enggan untuk memamerkan kekuatan, fasilitas kita, dan lain-lain. Orang
Jerman berharap percaya bahwa kita sekuat mereka.
Ketika mengiklankan
produk perusahaan mereka, sebaiknya kit memasukkan rincian sebanyak mungkin.
Orang Jerman tidak terkesan dengan iklan televisi yang mencolok, selogan yang
cerdik, atau ilustrasi yang artistic. Surat kabar mereka penuh dengan iklan
yang factual dan padat, yang memberikan informasi sebanyak-banyaknya dalam
ruang yang tersedia. Brosur yang ditujukan untuk pasar jerman dapat dibenarkan
sepenuhnya di kemudian hari. Tidak peduli seberapa panjang dan membosankannya
brosur itu, orang Jerman akan membacanya. Mereka juga mengharapkan produk kita
benar-benar sesuai dengan gambaran yang diberikan.
Orang Jerman mempunyai
gaya yang tersendiri dalam mengadakan pertemuan dan negosiasi. Kita mungkin
melihat bahwa prosedur yang diadakan perusahaan besar jerman jauh lebih formal
dibandingkan dengan prosedur di negara kita. Biasanya disarankan agar kita melakukan
pendekatan yang agak lebih formal dengan orang jerman pada pertemuan, juga
untuk memperhatikan karakteristik-karakteristik orang Jerman seperti berikut
ini, agar kita dapat memeberikan reaksi secara tepat:
- Orang Jerman akan hadir pada pertemuan dengan pakaian rapi dan dengan penampilan berdisiplin. Kita harus menyesuaikan diri dengan hal ini.
- Mereka akan memperhatikan susunan tempat duduk secara hierarkis dan urut bicara.
- Mereka akan hadir dengan persiapan yang baik mengenai urusan yang dibicarakan, dan mengharapkan kita melakukan hal yang sama.
- Mereka akan mengajukan argument yang logis dan penting untuk mendukung masalah mereka.
- Mereka sering memikirkan kemungkinan serangan balasan kita dan siap dengan lini serangan kedua.
- Mereka tidak akan mengakui kasus atau argument mereka dengan mudah, tetapi cendrung mencari persamaan pendapat. Ini sering merupakan pendekatan anda yang terbaik untuk mencapai kemajuan. Bentrokan dengan perusahaan Jerman yang cukup besar jarang membuahkan hasil.
- Mereka yakin bahwa mereka lebih efisien, daripada orang lain dan tidak mudah mengubah pendapat.
- Mereka menggolong-golongkan argument mereka. Setiap anggota membicarakan kekhususannya. Mereka berharap pihak anda melakukan hal yang sama.
- Mereka tidak mencampuri ucapan seorang kolega dan biasanya menunjukkan kerja sama yang baik. Akan tetapi, mereka saling membantah secara peribadi di antara sesi-sesi. Karena wajah mereka tidak menyembunyikan perasaan, anada dapat dengan mudah mengetahui perbedaan pendapat diantara mereka melalui ekspresi wajah dan bahasa tubuh mereka.
- Seperti orang Jepang, mereka suka membicarakan kembali rincian berulang-ulang. Mereka ingin menghindarkan kesalahan-pahaman di kemudian hari, dan kita harus sabar.
- Mereka tidak suka terburu-buru.
- Mereka suka membuat keputusan dalam pertemuan (tidak seperti orang Jepang atau Prancis), tapi mereka selalu berhati-hati.
- Mereka biasanya patuh pada apa yang telah mereka setujui secara lisan.
- Jika kita mengadakan penjualan kepada mereka, mereka akan bertanya pada kita dengan agresif mengenai hal-hal yang dianggap sangat penting oleh orang Jerman, seperti kualitas barang, tanggal pengiriman, dan harga yang bersaing,. Bersiaplah.
- Pada akhirnya, mereka mengharapkan untuk mendapatkan harga terbaik (yang paling murah). Mereka mungkin hanya memberi kita bisnis kecil “percobaan”. Ambillah, hal itu akan menghasilkan bisnis yang lebih besar pada waktu mendatang jika mereka merasa puas.
- Mereka akan bersungguh-sungguh mencari kekuarangan dalam produk atau pelayanan kita, dan akan mengkritik anda secara terbuka (bahkan secara energik) jika klaim anda tidak sesuai. Samapaikanlah permohonan maaf bila kita gagal dalam hal ini. mereka senang menerima permohonan maaf karena hal ini membuat mereka merasa lebih baik. Juga, kita harus mengimbangi.
- Mereka bisa sangat sensitive untuk mengkritik diri mereka sendiri. oleh karena itu anda harus berusaha menghindari tindakan yang membuat mereka malu, bahkan tindakan yang mungkin dilakukan tanpa disadari.
- Gunakan nama keluarga saja dan tunjukkan penghormatan atas gelar mereka. Banyak sekali Doktor di Jerman.
- Jangan memperkenalkan humor atau lelucon selama pertemuan bisnis. Mereka bukan orang Amerika, mereka tidak suka bercanda. Bisnis adalah serius. Ceritakanlah kisah-kisah lusu setelah pertemuan, pada saat minum bir. Kita akan menemukan banyak cerita mereka yang lucu dan kasar. Tertawalah dengan cara yang terbaik.
- Mereka akan membuat catatan dan kembali dengan persiapan yang matang pada hari berikutnya. Akan menguntungkan bagi kita untuk melakukan hal yang sama.
- Orang Jerman biasanya mempunyai kecakapan bahasa yang baik (terutama bahasa Inggris dan bahasa Prancis) tetapi mereka sering kurang pengetahuan mengenai budaya asing (mereka mungkin lebih sedikit pengetahuan hal-hal tentang negara kita dibandingkan dengan yang kita kira). Mereka senang menggunakan bahasa Jerman kapanpun mereka dapat.
- Mereka biasanya yakin bahwa mereka adalah bangsa yang paling jujur, dapat dipercaya, dan tulus hati di seluruh dunia, juga dalam negosiasi bisnis. Tunjukkan pada mereka bahwa dalam hal ini anda sederajat dengan mereka.
Orang jerman memang
tulus dan mereka menganggap bahwa orang lain juga demikian. Mereka sering
kecewa karena orang lain yang lebih menyukai pendekatan yang asal-asalan atau
sembrono terhadap kehidupan tidak terlalu
memberikan jawaban yang serius terhadap pertanyaan yang serius. Orang
Jerman cendrung melakukan pencarian yang lama akan arti kehidupan yang
sebenarnya dan suka menghasilkan waktu mereka untuk hal-hal yang menguntungkan,
baik untuk memperkaya simpanan kekayaan atau jiwa mereka.
Dalam keseriusan
mereka, mereka berusaha keras untuk menjadi warga yang patuh dan yang tidak
membuat masalah. Di negara yang ramai ini, tekanan untuk menyesuaikan diri
dengan masyarakat umum memang sangat kuat. Orang Jerman tidak ingin dipandang
sebagai orang yang tidak konvensional atau tidak lazim. Mereka tidak berhasrat
untuk menjadi eksentrik (seperti orang-orang Inggris, Prancis atau Amerika). Orang
Jerman berusaha untuk tidak membuat kesalahan dan biasanya berhasil. Jika anda
membuat kesalahan, mereka akan mengatakannya kepada kita. Mereka tidak
kasar-ini adalah hasrat mereka yang tidak dapat dihentikan akan keteraturan dan
kesesuaian. Orang Jerman suka keadilan dan mereka sering melakukan sesuatu
untuk menunjukkan betapa adilnya mereka.
Orang Jerman sering
tampil sebagai orang yang hebat dan tanpa humor bagi orang Anglo-Suxon yang
suka bersikap sembrono dalam percakapan. Orang Jerman tidak memiliki kecanduan
seperti Inggris dan orang Amerika terhadap cerita lucu dan lelucon. Mereka
menginginkan jalinan persahabatan yang kuat dan tertarik pada masalah-masalah
kehidupan dan misteri yang
membingungkan. Orang Anglo-Saxon tidak selalu mengetahui cara menjalin
persahabatan yang cepat dengan mereka. Akan tetapi, ketika mereka berhasil
memasuki struktur persahabatan Jerman yang agak rumit, mereka menemukan banyak
ganjaran. Orang Jerman pada umumnya adalah teman yang sejati dan setia, yang
luar biasa bertahan. Dari luar mereka tampak berwajah masam dan berhati-hati. Padahal
sebenarnya mereka menginginkan kasih sayang dan popularitas. Seperti kita,
mereka ingin dihormati,. Ketika mereka menemukan bahwa orang-orang Inggris,
Amerika atau Prancis—yang tampaknya acuh tak acuh (easy going) dan lucu—juga
dapat sesetia orang Jerman, mereka merasa senang dab menerima. Persahabatan
orang Jerman memang merupakan investasi yang sangat berharga.
Kesimpulan
Perjalanan
panjang dimasa perang dunia memberikan pengaruh yang sangat signifikan terhadap
budayanya. selama 12 tahun kepemimpinan Hitler, Jerman dianggap sebagai
penjahat perang di eropa. jerman telah melewai masa yang panjang samapai
menemukan karakteristik komunikasi bisnis.
Walaupun
Bangsa Jerman yang memiliki sejarah yang cukup kelam, hal itu tidak menjadikan
Jerman semakin terpuruk. Hal yang terjadi ialah sebaliknya, Jerman selalu
belajar dari masa lalu, belajar dari sejarah dan sampai sekarang Jerman menjadi
negara yang maju. Peningkatan ekomoni yang ada pada negara ini juga berkat pembentukan
karakter budaya bangsa ini khususnya dalam kegiatan komunikasi bisnis.
Karakteristik dari budaya bisnis negara ini pun sangat kental dengan jati diri
dari orang-orang yang membangun dan merintis negara ini menjadi salah satu
negara dengan kekuatan ekonomi terbaik diantara negara-negara maju yang ada di
dunia seperti Amerika, Perancis, Inggris, Jepang maupun negara-negara timur
tengah.
Karaktristik
budaya bisnis Jerman adalah bersikap monokronik terhadap penggunaan waktu,
misalnya hasrat menyelesaikan serangkaian tindakan sebelum memulai tindakan
lain; keyakinan yang kuat bahwa mereka adalah negosiator yang jujur dan terus
terang; dan cendrung bersikap lugas dan menyampaikan ketidak stujuan secara
terbuka daripada menunjukkan kesopanan atau diplomasi.
Perusahaan
Jerman adalah entitas tradisional yang bergerak lambat, yang dibebani oleh
petunjuk-petunjuk, sistem dan jalur-jalur hierarkis yang oleh orang-orang Eropa
dan Amerika Serikat dianggap terlalu kaku dan ketinggalan zaman. Hierarki
bersifat perintah.
Bos
pada orang Jerman adalah orang yang punya privasi tinggi. Interaksi hanya
disampaikan kepada bawahan langsung, dan disimpan dengan kaku pada bagian
(departemen) seseorang. Orang Jerman bisa sangat sensitive dalam hal persaingan
bagian. Jika anda menghina orang Jerman, ia akan mengingatnya untuk waktu yang
panjang. Orang Jerman sangat menghormati harta milik dan kekayaan. Orang Jerman
akan hadir pada pertemuan dengan pakaian rapi dan dengan penampilan
berdisiplin.
Mereka
tidak akan mengakui kasus atau argument mereka dengan mudah, tetapi cendrung
mencari persamaan pendapat. Ini sering merupakan pendekatan anda yang terbaik
untuk mencapai kemajuan. Bentrokan dengan perusahaan Jerman yang cukup besar
jarang membuahkan hasil. Mereka yakin bahwa mereka lebih efisien, daripada
orang lain dan tidak mudah mengubah pendapat. Mereka menggolong-golongkan
argument mereka. Setiap anggota membicarakan kekhususannya.
Seperti
orang Jepang, mereka suka membicarakan kembali rincian berulang-ulang. Mereka
ingin menghindarkan kesalahan-pahaman di kemudian hari. Mereka tidak suka
terburu-buru. Mereka suka membuat keputusan dalam pertemuan (tidak seperti
orang Jepang atau Prancis), tapi mereka selalu berhati-hati. Mereka biasanya
patuh pada apa yang telah mereka setujui secara lisan.
Jika
kita mengadakan penjualan kepada mereka, mereka akan bertanya pada kita dengan
agresif mengenai hal-hal yang dianggap sangat penting oleh orang Jerman,
seperti kualitas barang, tanggal pengiriman, dan harga yang bersaing. Mereka
akan bersungguh-sungguh mencari kekurangan dalam produk atau pelayanan kita,
dan akan mengkritik anda secara terbuka (bahkan secara energik) jika klaim anda
tidak sesuai. Mereka bisa sangat sensitive untuk mengkritik diri mereka
sendiri.
Jangan
memperkenalkan humor atau lelucon selama pertemuan bisnis. Mereka akan membuat
catatan dan kembali dengan persiapan yang matang pada hari berikutnya. Akan
menguntungkan bagi kita untuk melakukan hal yang sama. Orang Jerman biasanya
mempunyai kecakapan bahasa yang baik (terutama bahasa Inggris dan bahasa
Prancis).
Mereka
biasanya yakin bahwa mereka adalah bangsa yang paling jujur, dapat dipercaya,
dan tulus hati di seluruh dunia, juga dalam negosiasi bisnis. Orang jerman
memang tulus dan mereka menganggap bahwa orang lain juga demikian. Dalam
keseriusan mereka, mereka berusaha keras untuk menjadi warga yang patuh dan
yang tidak membuat masalah.
Orang
Jerman tidak memiliki kecanduan seperti Inggris dan orang Amerika terhadap
cerita lucu dan lelucon. Mereka menginginkan jalinan persahabatan yang kuat dan
tertarik pada masalah-masalah kehidupan
dan misteri yang membingungkan.
No comments:
Post a Comment