Ilustrasi: usahabiznisku.blogspot.com |
Running
news berasal dari dua
kata yaitu running dan news, running yang berarti berjalan atau
berlari dan news yaitu berita, bila
digabungkan menjadi ’berita berjalan’ atau berita yang sedang berlangsung saat
itu. Menurut Budiono Darsono, running
news yaitu satu tema berita yang di dalamnya terdiri dari
beberapa item berita dan terus di up date
sesuai perkembangan secara beraturan yang terdiri dari beberapa sub judul
(dikutip dari http://id.wikipedia.org).
Tetapi sudah jelas bila dilihat dari tujuan media yaitu memberikan informasi
yang aktual, faktual, dan akurat.
Zaki Habibi dalam artikelnya yang berjudul
Citizen Journalism :Ketika Berita Tidak Hanya Memiliki Satu Muka (20:2007) dalam Jurnal Komunikasi Universitas
Islam Indonesia mengatakan:
Islam Indonesia mengatakan:
Online media mengedepankan
konsep yang belakangan disebut sebagai running news. Media tersebut
relatif lebih memiliki ruang penyimpanan dan penampilan berita jauh lebih luas.
Namun, pembaca atau dalam dunia maya disebut user memiliki keterbatasan
ruang baca, yakni seluas layar monitor komputer mereka. Tulisan yang terlalu
panjang, sehingga harus berkali-kali menurunkan tampilan di layar monitor
komputer, hanya mempersulit user dan menurunkan tingkat keterbacaan.
Akhirnya, online media pun
mengembangkan struktur penulisan berita berlanjut. Satu peristiwa dapat
diturunkan dalam beberapa laporan secara beruntun. Jadi, setiap laporan yang
tampil di situs web tersebut bukanlah sebuah berita yang bisa dibilang tuntas,
tetapi tidak dapat juga disebut belum selesai. Berita dalam media semacam ini
adalah suatu laporan yang turun segera, sedekat mungkin waktunya dengan waktu
peristiwa terjadi, dan diturunkan terus-menerus dengan penambahan informasi
lanjutan tidak ubahnya seperti orang yang sedang berlari (running)
menuju garis akhir. Di Indonesia salah satu online media yang masih
bertahan, baik dari segi konsep running news maupun secara bisnis,
adalah detik.com.
Konsep tersebut memang memberikan wacana
dan praktik baru dalam ranah jurnalistik. Meski demikian, hal itu justru
memperkaya khasanah jurnalistik dan memperluas dialog antara beragam bentuk
media yang sudah ada. Sehingga, sinergi dapat terbentuk dan masing-masing
berada pada jalur peran yang spesifik dengan mengembangkan konsep serta bentuk
berita yang khas. Dengan kata lain, perjalanan waktu selama ini menunjukkan
bahwa konsep dan bentuk berita ternyata bertransformasi mencari bentuknya
sesuai perubahan sosial yang terjadi di masyarakat.
Walaupun
begitu, prinsip-prinsip jurnalistik ternyata tidak banyak berubah secara
mendasar. Meski bentuk medianya beragam, tetap saja masih ada logika tentang
institusi media sebagai institusi sosial sekaligus institusi ekonomi dalam
masyarakat. Selain itu, masih ada orang yang disebut sebagai jurnalis selaku
pihak yang mencari, mengolah, dan menuliskan atau menyiarkan informasi yang
diperolehnya. Masih ada juga logika keredakturan/editorial yang berjalan ketat
memainkan peran sebagai gatekeeper alias penyaring informasi. Satu hal
lagi yang tidak kalah penting, masih ada juga posisi audiens media yang
cenderung pasif dalam alur produksi dan distribusi informasi melalui media.
Bahkan, audiens dalam kacamata kapitalisme global terkait industri media dapat
disebut juga—meski tidak selalu identik—sebagai konsumen.
Semakin
jelas bahwa media online dikenal oleh
masyarakat bukan hanya karena kebaruannya saja tetapi dari segi berita yang
ditampilkan mempunyai gaya tersendiri dan tidak bisa dilakukan oleh media
terdahulu (cetak). Keterbatasan media lama menjadikan keterhalangan dalam
proses penerbitan yang terbatas pada ruang dan waktu. Konsep jurnalisme online
yang paling popular adalah sifatnya yang real
time di implementasikan ke dalam running
news . Berita, kisah-kisah, peristiwa-peristiwa, bisa langsung
dipublikasikan pada saat kejadian sedang berlangsung (dikutip dari http://jurnalisme-makassar.blogspot.com/).
Mengutip dari artikel Husnun N Djuraid yang dimuat di
harian Jawa Post terbit tanggal 22
Juli 2009 hal.6 yaitu:
Menilik pemberitaan koran pada pagi pertama setelah ledakan bom di Hotel
Ritz Carlton dan JW Marriott Jumat (17/7/09), nyaris tidak ada yang eksklusif dibanding dua media
pesaingnya. Yang ada hanyalah running news dari berita di
TV dan internet (media online).
Penulis dapat
mendefinisikan yang merujuk dari
definisi-definisi di atas bahwa running news yaitu suatu informasi atau
berita yang diliput, ditulis, dan disajikan dengan berbagai bentuk sudut
pandang juga terbagi menjadi beberapa item, akan terus diikuti perkembangannya
dan akan disajikan secara cepat/aktual.
Dengan
demikian definisi berita mulai bergeser. Septiawan Santana mengutip dari surat
kabar Kompas yang dicantumkan dalam bukunya yang berjudul Jurnaistik Kontemporer (2005:
134), Berita bukan lagi peristiwa yang telah berlangsung yang dipublikasikan
media massa, tetapi menjadi peristiwa yang sedang berlangsung yang disiarkan
media massa. Media massa mampu melakukan pemberitaan langsung, ini tentu saja
tidak televisi semata, tetapi juga media online.
Referensi
Buku dan Skripsi
Abdurahman,
2007. Kiat Sukses Menjadi Jurnalis.
Bandung: CV.Madany.
Agustina,
Dinny Widya. 2001. Karakteristik Polling
Tempo Interaktif. Skripsi. Universitas Padjadjaran, Bandung.
Arikhunto,
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian,
Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT.Rineka Cipta.
Briggs, Asa dan
Peter Burke. 2006. Sejarah Sosial Media:
Dari Gututenberg Sampai Internet. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Effendi,
Onong Uchjana. 1993. Ilmu, Teori dan
Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.
____________________.
2006. Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.
Halim,
Vini Winari. 2006. Media Online www.seskotni.mil.id Sebagai Media House Jurnal.
Skripsi. Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati, Bandung.
Hapsari, Desi Dwi. 2001. Media Suara Mahasiswa Online Sebagai Sumber
Informasi Seputar Kampus Bagi Mahasiswa. Skripsi. Universitas Islam
Bandung.
Hidayat, Taufik
Surya. 2003. Analisa dan Perancangan Sistem Pengisian Formulir Rencana Studi Secara Online di Stimik Perbanas. Skripsi. Sekolah Tinggi Manajemen
Informatika dan Computer Perbanas, Jakarta.
Muhtadi,
Asep Saeful. 2008. Komunikasi Politik Indonesia.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyana,
Deddy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Oetama, Jakob. 1987. Perspektif
Pers Indonesia. Jakarta: LP3ES.
Rivki.
2009. Detikcom Dalam Kiprah Media Online.
Laporan Magang. Universitas Padjadjaran, Bandung.
Rakhmat,
Jalaluddin.2007. Psikologi Komunikasi.
Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Saefullah,
Ujang. 2007. Kapita Selkta Komunikasi:
Pendekatan Budaya dan Agama. Bandung: Simbiosa Rektama Media.
Santana, Septiawan. 2005. Jurnalistik Kontemporer. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Severin, Werner
J. dan James W. Tankard. 2005. Teori
Komunikasi: Sejarah, Merode, dan Terapan di Media Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sudarman,
Paryati. 2008. Menulis di Media Massa.
Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
Suhandang,
Kustadi. 2005. Periklanan: Manajemen,
Kiat dan Strategi. Bandung: Nuansa.
_________________.
2004. Public Relations Perusahaan:
Kajian, Program, Imlementasi. Bandung: Nuansa.
Suhirman,
Iman. 2006. Menjadi Jurnalis Masa Depan.
Bandung: Dimensi Publisher.
Sumadiria, Haris. 2005. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature. Bandung:
Simbiosa Rektama Media.
_______________.2004. Menulis
Artikel dan Tajuk Rencana: Panduan Penulis & Jurnalis Profisional.Bandung:
Simbiosa Rektema Media.
Vivian, Jhon. 2008. Teori
Komunikasi Massa. Edisi Kedelapan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Widyanti, Dini.
2004. Motif Pengguna Jasa dalam
Memanfaatkan Media Internet. Skripsi. Universitas Islam Bandung.
Yunus, Syarifudin. 2010. Jurnalistik Terapan. Bogor:
Ghalia Indonesia.
Jurnal, Media, dan Internet
Darmawan, Ardi
dan Adrianus Wisnu Kurniawan. 2007. Makalah: Internet: Faktor dan
Perkembangannya. Universitas
Indonesia.
Darsono,
Budiono. 2002. Cybermedia: Seni Memadu
Komunikasi, Telekomunikasi dan Teknologi. Artikel
(dalam http://www.google.co.id/search?as_q=teknologi+internet&hl).
Diakses 25-Juni-2010.
Deuze, Mark. 2001. Makalah. Journalisms Online.
Diakses 24 April
2010.
Dirgahayu,
Dida. 2007. Citizen Jurnalism Sebagai Ruang Publik (Studi Literatur Untuk
Menempatkan Citizen Jurnalism Berdasarkan Teori Jurnalistik dan Mainstream
Media Jurnal Observasi: Mengamati
Fenomena Citizen Journalism. Vol.5, No.1, Th.2007. (hal, 11-31).
Bandung: Simbiosa Rektama Media.
Habibi, Zaki. 2007.
“Citizen Journalism”:Ketika Berita Tidak Hanya
Memiliki Satu Muka. Jurnal Komunikasi.
Vol. 1 No.2 Th. 2007. Yogyakarta:
Universitas Islam Indonesia.
Haryati. 2007.
Komunikasi di Era Digital, Paradigma Baru Bermedia. Jurnal Observasi: Mengamati Fenomena Citizen Journalism. Vol.5,
No.1, Th.2007. (hal, 1-10). Bandung: Simbiosa Rektama Media.
Hendratmoko Taufik. 2009. Apakah Kehadiran Teknologi Internet Akan Mengeser Peran Manusia Sebagai
Guru?.
(dalam http://www.google.co.id/search?as_q=teknologi+internet&hl).
Diakses 25-Juni-2010.
Jurnalisme Online: Karakteriktik media online.
Pahami itu, pahami pula cara menulis beritanya.
(http://jurnalisme-makassar.blogspot.com.)
Diakses pada 26-April-2010.
Siregar, Amir Effendi. 2009. Akan
Matikah Media Cetak?. Artikel. H.U. Kompas, Sabtu, 05 September 2009.
Sosiawan, Edwi Arief. Pengantar Ilmu Komunikasi.
Modul Kuliah. (dalam http://edwi.dosen.upnyk.ac.id). Diakses
3-Juli-2010.
Sosiawan, Edwi Arief. 2000. Makalah: Kajian Internet Sebagai Media Komunikasi Interpersonal Dan
Massa. UPN
“Veteran” Yogyakarta.
(dalam
http://www.google.co.id/search?as_q=teknologi+internet&hl). Diakses
25-Juni-2010.
Wiryana, I Made.
2000. Makalah Internet. Universitas
Denpasar Bali.
(dalam http://www.google.co.id/search?as_q=teknologi+internet&hl).
Diakses 25-Juni-2010.
Yudhapramesti,
Pandan. 2007. Citizen Journalism Sebagai Media Pemberdayaan Warga. Jurnal Observasi: Mengamati Fenomena Citizen
Journalism. Vol.5, No.1, Th.2007. (hal, 33-45). Bandung: Simbiosa Rektama
Media.
(dalam http//:google.co.id/media+online/pdf.html).
Diakses 1-Juli-2010.
No comments:
Post a Comment