Oleh: Mulyadi Saputra
foto by: strategicmarketingacademy.com |
Perencanaan
dan Strategi Media
Perencanaan
media meliputi proses penyusunan rencana penjadwalan yang menunjukkan bagaimana
waktu dan ruang periklanan akan mencapai tujuan pemasaran. Perencanaan media
meliputi koordinasi tiga tingkat perumusan strategi: strategi pemasaran,
strategi periklanan, dan strategi media. Strategi pemasaran menyeluruh yang
terdiri dari identifikasi pasar sasaran dan sleksi bauran pemasaran yang member
tekanan dan arah pilihan pemasangan iklan serta strategi media. Strategi
periklanan meliputi tujuan periklanan, anggaran, dan pesan serta strategi media
yang secara alamiah biasanya lebih luas dari keseluruhan strategi pemasaran.
Strategi media perlu dikembangkan dari strategi periklanan yang lebih umum.
Strategi media itu
sendiri terdiri dari empat kegiatan yang saling berkaitan, yakni:
1. Memilih
audiens sasaran
2. Menspesifikasi
tujuan media
3. Memilih
kategori media dan sarana
4. Membeli
media
a.
Memilih
Audiens Sasaran
Syarat utama yang harus dipenuhi agar strategi media
berhail adalah menentukan audiens sasaran. Kegagalan untuk mengidentifikasikan
audiens dengan tepat dapat menyebabkan hilangnya exprosure, yaitu beberapa
calon nonpembeli dihadapkan pada iklan-iklan sementara beberapa calon utama
tidak.
Empat factor utama yang digunakan untuk
mensegmentasi audiens sasaran dalam strategi media adalah:
1. Goegrafis
2. Demografis
3. Pemakaian
produk (misalnya produk ringan sedang atau berat), dan
4. Gaya
hidup/psikografis.
Informasi tentang pemakaian produk, bila ada,
umumnya menyediakan dasar yang paling berarti untuk mensegmentasi audiens
sasaran. Pertimbangan geografis, demografis dan psikografis secara khusus
digabungkan untuk tujuan mendefinisikan audiens sasaran untuk rambler dalam
batas-batas sebagai berikut: pria berusia anatara 18 samapai dengan 19 tahuan
(variable demografis), yang mempunyai pendapatan diatas $40.000 (juga
demografis), dan yang menyukai kegiatan di luar ruangan serta bersikap riang
dan penuh petualangan (psikografis). Suatu audiens sasaran didefinisikan dalam
batas spesifik yang mempunyai implikasi jelas untuk pesan dan strategi media.
Misalnya, majalah-majalah yang menarik minat untuk melakukan kegiatan di luar
ruangan dapat menjangkau calon pelanggan.
b.
Menentuakan
Tujuan Media
Aspek kedua dari strategi media adalah menentukan
tujuan khusus. Lima tujuan berikut merupakan dasar perencanaan media;
jangkauan, frekuensi, bobot, kontinuitas, dan biaya. Para perencana media harus
mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut:
1. Berapa
jumlah audiens sasaran yang harus melihat, membaca, atau mendengar pesan
periklanan selama masa tertentu? (suatu isu jangkauan)
2. Seberapa
seringkah audiens sasaran harus dihadapkan pada periklanan selama ini? (suatu
isu frekuensi)
3. Seberapa
banyakkah periklanan selama ini? (suatu isu bobot)
4. Bagaimana
anggaran periklanan harus dialokasikan sepanjang waktu (suatu isu kontinuitas)
5. Apa
cara yang paling untuk mencapai tujuan lainnya? (suatu isu biaya).
Meskipun dalam
praktik periklanan sesungguhnya isu-isu ini disampaikan bersama-sama (bukan
secara independent), namun bagian-bagian berikutnya akan memperlakukan
masing-masing tujuan media sebagai masalah yang terpisah.
Menentukan media
yang akan digunakan dalam perencanaan media, perlu memperhatikan bebrapa hal
sebagai berikut:
1.
Jangkauan
Persentasi
audiens sasaran yang diekspos sekurang-kurangnya satu kali dengan pesan
pemasang iklan selama jangkauan waktu tertentu (biasanya empat minggu) disebut
jangkauan (rech). Dengan kata lain jangkauan merepresentasikan jumlah pelanggan
sasaran yang menerima pesan pemasang iklan satu kali atau lebih selama priode
waktu empat minggu.
Ada beberapa
factor yang menentukan jangkauan, kampanye pemasangan iklan. Secatra umum, jika
suatu jadwal media menggunakan media ganda dan bukan media tunggal, maka lebih
banyak orang yang akan dijangkau. Pada umumnya, semakin banyak media yang
digunakan, semakin besar kesempatan suatu pesan iklan sampai kepada orang-orang
yang prilaku medianya berbeda. Factor berikutnya adalah jumlah dan keragaman
sarana media yang digunakan. Lalu, jangkauan dapat ditingkatakan dengan
mmbedakan bagian-bagaian hari yang digunakan untuk mengiklan suatu merek.
Jangkauan itu
sendiri merupakan tujuan yang tidak memadai untuk perencanaan media karena
tidak bisa menyatakan suatu mengenai seberapa sering pelanggan sasaran
dihadapkan pada pesan pemasang iklan. Karenanya, frekuansi exprosure periklanan
juga harus dipertimbangkan.
2.
Frekuensi
Frekuansi merupakan jumlah waktu secara rata-rata
dalam priode empat minggu di mana para anggota audiens sasaran diekspos kepada
sarana media (Melihat. Membaca, atau Mendengar) yang termasuk dalam jadwal
media tertentu disebut sebagai frekuensi rata-rata (atau hanya frekuensi).
3.
Bobot
Tujuan ketiga dari perumusan rencana media adalah
menentukan berapa bobot periklanan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
periklanan. Groos Rating Points (GRPs), merupakan indicator jumlah bobot kotor,
atau hanya bobot (weight), yang dapat disampaikan jadwal periklanan tertentu.
Istilah gross adalah kuncinya. Jumlah GRPs menunjukkan gross coverage atau
duplicated audience yang diekspos terhadap jadwal periklanan tertentu.
4.
Kontinuitas
Tujuan umum keempat yang harus dipenuhi oleh
perencana media adalah waktu pemasang iklan. Kontinuitas meliputi bagaimana
perwakilan dialokasikan selama ditayangkannya suatu kampanye periklanan. Isu
dasarnya adalah: haruskah anggaran media didistribusikan secara merata selama
priode kampanye periklanan; haruskah anggaran itu dihabiskan dalam priode yang
terkonsentrasi untuk mencapai pengaruh yang paling banyak; atau apakah beberapa
jadwal lain di antara kedua ekstrim ini harus digunakan? Seperti biasa,
penentuan apa yang terbaik tergantung pada situasi pasar produk khusus.
Meskipun demikian, jadwal periklanan yang seragam umumnya menghasilkan terlalu sedikit
bobot periklanan pada suatu waktu. Di sisi lain, jadwal yang sangat
terkonsentrasi menyebabkan exprosure yang berlebihan selama masa tayang iklan
dan tidak ditayangkannya iklan pada waktu lainnya.Para pemasang iklan mempunya
tiga alternative umum yang berhubungan dengan pengalokasian anggaran selama
berlangsungnya kampanye; jadwal yang continue, pulsing, dan fighting.
5.
Pertimbangan
Biaya
Para perencana media berusaha untuk mengalokasikan
anggaran iklan dengan cara yang efisien dari segi biaya untuk memenuhi tujuan
lainnya. Salah satu indicator efisiensi media yang paling penting dan yang
digunakan secara universal adalah criteria biaya per seribu. Biaya per seribu
(disingkat CPM = cost-per-thousand, dimana M merupakan angka romawi untuk
1.000) adalah biaya untuk mencapai 1.000 orang. Ukuran tersebut dapat
didefinisikan kembali sebagai biaya untuk menjangkau 1.000 orang. Ukuran
tersebut dapat didefinisikan kembali sebagai biaya untuk menjangkau 1.000
anggota audiens sasaran, kecuali orang-orang yang berada diluar pasar sasaran.
Ukuran yang diperbaiki ini disebut CPM-TM. CPM dan CPM-TM dihitung dengan
membagi biaya iklan dengan sirkulasi media dalam pasar total (CPM) atau pasar
sasaran (CPM-TM).
Berbagai tujuan
perencanaan media (jangkauan, frekuensi, bobot, kontinuitas, dan biaya)
sekarang telah dibahas secara rinci. Masing-masing diperkenalkan tanpa
referensi langsung ke tujuan lainnya. Meskipun demikian, perlu diketahui bahwa
tujuan-tujuan ini sebenarnya agak berlawanan satu sama lain. Yaitu, dengan adanya
anggaran periklanan yang tetap, perencanaan media tidak dapat secara serempak
mengoptimalkan jangkauan, frekuansi, dan tujuan kontinuitas. Di sini harus
dibuat tradeoff karena para perencana media bekerja di bawah kendala anggaran
periklanan tetap. Dengan demikian, mengoptimalkan satu tujuan (misalnya,
meminimalkan CPM atau memaksimalkan GRPs) menuntut pengorbanan tujuan lainnya.
Ini terjadi karena matematika dari optimisasi yang terkendala; tujuan yang
banyak tidak dapat secara serempak dioptimalisasi jika terdapat kendala
(seperti anggaran yang terbatas).
Misalnya, dengan
anggaran periklanan tetap, perencanaan media dapat memilih untuk meningkatkan
jangkauan atau frekuensi, tetapi tidak keduanya. Dengan meningkatnya jangkauan,
maka frekuensi akan dikorbankan dan sebaliknya, bila ingin menjangkau lebih
banyak audiens, maka tidak dapat menjangkaunya sesering mungkin dengan anggaran
periklanan tetap; bila ingin menjangkaunya dengan lebih sering, maka tidak akan
menjangkau sebanyak itu. Demikian pula, dengan anggaran periklanan tetap,
seorang pemasang iklan tidak dapat secara simultan meningkatkan kontinuitas
periklanan dan juga meningkatkan jangkauan atau frekuensi.
c.
Perangkat
Lunak Perencanaan Media
Perencana media
menghadapi tugas yang sulit untuk melakukan tradeoff yang tepat di antara
tujuan-tujuan yang kadang-kadang bertentangan (jangkaun, frekuensi, dan
sterusnya). Namun, secara harfiah ada ribuan jadwal periklanan yang mungkin
dapat diseleksi tergantung pada bagaimana berbagai media dan sarana media
digabungkan. Untunglah, tugas yang menakutkan ini dipermudah dengan adanya
model-model terkomputerisasi untuk membantu para perencana media dalam memilih
media. Model-model ini pada hakikatnya berusaha mengoptimalkan tujuan, atu
fungsi objektif (misalnya, memilih suatu jadwal yang menghasilkan tingkat
jabngkauan yang terbesar) dengan jumlah kendala sehingga tidak melebihi batas
atas anggaran iklan. Suatu program computer kemudian mencari solusi yang
mungkin dan memilih jadwal media tertentu yang akan mengoptimalkan fungsi
bjektif dan memenuhi semua kendala khusus.
Fungsi
model media yang terkomputerisasi akan digambarkan dengan perangkat lunak
ADplus. ADplus adalah suatu program computer personal komprehensif yang
memungkinkan pemakainya untuk mengevaluasi semua kategori dan subkategori media
periklanan penting serta menemukan jadwal optimum berdasarkan pemilihan
berbagai sarana dari satu media periklanan.
terimakasih post nya sangat bagus dan bermanfaat
ReplyDeletetapi pak untuk teori2 yang ada di PROSES PERENCANAAN MEDIA PERIKLANAN ini apakah ada sumber pustakanya? terimakasih