ilustrasi dari agustus45.blogspot.com |
Ilmu
komunikasi merupakan cabang ilmu baru dalam ilmu sosial, namun tetap berinduk
pada filsafat sebagai ibu dari segala ilmu. Cukup banyak yang membahas mengenai
pertumbuhan ilmu komunikasi pada awalnya. Tercatat kembali pada awal
ditemukannya mesin cetak oleh Gutenberg (1457) meski pada dasarnya komunikasi
telah ada jauh sebelum itu. Padahal, pada abad-abad sebelumnya, aktifitas
komunikasi sudah berkembang cukup pesat yang berlangsung di zaman pertengahan
(persebaran agama). Mungkin masa ketika diketemukannya mesin cetak itu sendiri
terjadi di zaman renaissance, dimana pemikiran-pemikiran ilmuwan telah bebas
dari dogma-dogma agama.
Nina
Syam (2010:65) membagi sejarah perkembangan filsafat ilmu komunikasi menjadi
beberapa fase, diantaranya fase Yunani yang ditandai dengan masa demokrasi
klasik, kaum sofis dan aliran socrates. Lalu, perkembangan filsafat komunikasi
di Romawi, Eropa, Amerika hingga pada fase perkembangan komunikasi islam yang
berkembang di timur tengah pada kisaran abad ke-6[1].
Sehingga
mereka tidak menyinggung masa persebaran agama sebagai bagian dari sejarah
perkembangan komunikasi itu sendiri. Rentang waktu antara tahun 500 SM
(masa-masa pemikiran retorika di Yunani kuno) sampai pada penemuan mesin cetak
(1457 M) merupakan abad-abad dimana terdapat proses perkembangan komunikasi
yang dalam hal ini berbentuk ajaran dan keyakinan suatu agama. Namun tentunya,
makalah ini tidak akan membahas mengenai perkembangan agama, melainkan
perkembangan ilmu komunikasi dipandang dari segi ontologi.
Berbicara
mengenai komunikasi tentunya tidak terlepas dari apa yang dinamakan retorika yang
terjadi di zaman Yunani kuno, sehingga menimbulkan pemahaman bagi
pemikir-pemikir barat bahwa perkembangan komunikasi pada zaman itu mengalami
masa kegelapan (dark ages) karena
tidak berkembang di zaman Romawi kuno. Dan baru mulai dicatat perkembangannya
pada masa ditemukannya mesin cetak oleh Guttenberg (1457). Sehingga masalah
yang muncul adalah, rentang waktu antara perkembangan ilmu komunikasi yang
awalnya dikenal retorika pada masa Yunani kuno, sampai pada pencatatan sejarah
komunikasi pada masa pemikiran tokoh-tokoh pada abad 19, sangat jauh.
Kemudian,
sejarah perkembangan ilmu komunikasi itu sendiri terputus kira-kira 1400 tahun.
Padahal menurut catatan lain, sebenarnya aktifitas retorika yang dilakukan pada
zaman Yunani kuno juga dilanjutkan perkembangan aktifitasnya pada zaman
pertengahan (masa persebaran agama). Sehingga menimbulkan asumsi bahwa
perkembangan komunikasi itu menjadi sebuah ilmu tidak pernah terputus, artinya
tidak ada mata rantai sejarah yang hilang pada perkembangan komunikasi.
Padahal
perkembangan komunikasi yang terjadi di zaman Romawi (sebagai perkembangan dari
Yunani kuno sekitar tahun 500 SM-5 M) mengalami kendala, karena pada masa itu
Romawi mengalami masa kegelapan (dark ages). Padahal, masa kegelapan yang
terjadi di Eropah ini merupakan sisi lain dari masa keemasan peradaban Islam,
dimana pada masa ini perkembangan ilmu pengetahuan (termasuk aktifitas
komunikasi) cukup signifikan.
Perkembangan komunikasi juga sangat maju pesat di Cina
yang telah dimulai pada tahun 550 SM. Memang, aktifitas komunkasi dalam bentuk
retorika yang berlangsung di Cina dan Islam ini lebih menekankan pada
penyebaran ajaran dan keyakinan[2].
Namun,
jika dilihat dari ranah ontologi yang memiliki arti wujud atau ‘ada’ ilmu
komunikasi tak dapat dilepaskan dari aspek ini. Istilah
ontologi, secara bahasa berasal dari bahasa yunani, ontos dan logos.
Ontos berarti sesuatu yang berwujud, sedangkan logos berarti ilmu atau teori.
Dengan demikian secara bahasa ontologi dapat diartikan sebagai ilmu atau teori
tentang wujud, tentang hakikat yang ada. Sedangkan yang dimaksud ontologi dalam
pengertian terminologisnya adalah kajian tentang hakikat segala sesuatu atau
realitas yang ada yang memiliki sifat universal, untuk memahami adanya
eksistensi[3].
Dalam
kaitannya dengan ilmu pengetahuan, maka ontologi adalah kajian filosofis
tentang hakikat keberadaan ilmu pengetahuan, apa dan bagaimana sebenarnya ilmu
pengetahuan yang ada itu. Paradigma ilmu pada dasarnya berisi jawaban atas
pertanyaan fundamental proses keilmuan manusia, yakni bagaimana, apa, dan untuk
apa. Maka tiga pertanyaan dasar tadi kemudian dirumuskan menjadi beberapa
dimensi, dan salah satunya ialah; dimensi ontologis, pertanyaan yang harus
dijawab pada dimensi ini adalah: apa sebenarnya hakikat dari sesuatu yang dapat
diketahui, atau apa sebenarnya hakikat dari suatu realitas. Dengan demikian
dimensi yang dipertanyakan adalah hal yang nyata.
Dalam
kaitan dengan ilmu, aspek ontologis mempertanyakan tentang objek yang ditelaah
oleh ilmu. Secara ontologis ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya
pada daerah yang berada dalam jangkauan pengalaman manusia dan terbatas pada
hal yang sesuai dengan akal manusia.[4]
Ontologi
membahas tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu.
Membahas tentang yang ada, yang universal, dan menampilkan pemikiran semesta
universal. Berupaya mencari inti yang temuat dalam setiap kenyataan, dan
menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.
Berkaitan
dengan komunikasi prespektif islam hingga kini masih menjadi perbincangan
menarik dikalangan akademisi. Oleh sebab itu, dalam makalah ini akan membahas
mengenai aspek-aspek mengenai ontologi komunikasi dalam prespektif islam.
[2]
sumber : http://defickry.blogspot.com/2007/10/sejarah-ilmu-komunikasi.html diakses: 25 Des 2012 Pukul 9.14
[4] Sumber: http://masulhadi.blogspot.com/2011/10/ontologi-dalam-islam.html
diakses 24 Des. 2012, Pukul 10.26
http://gudang2musik.blogspot.com/
ReplyDelete