Komunikasi
ilustrasi dari arshadgraffity.blogspot.com |
MAKALAH LENGKAP DOWNLOAD "DISINI"
Komunikasi merupakan bagian dari ilmu sosial yang berakar
pada filsafat. Nina Syam, membuat pohon komunikasi yang menjelaskan secara
runut mengenai komunikasi yang berakar dari filsafat, psikologi, psikologi sosial,
sosiolog, antropologi, biologi, fisika, dan matematika. Untuk biologi, fisika
dan matematika tersentuh setelah perkembangan teknologi komunikasikasi yang
semakin pesat. Batang dan dahan komunikasi merupakan pengembangan teoritis dan
aplikatif yang mencakup teori-teori komunikasi dan perkembangannya, filsafat
komunikasi, psikologi komunikasi dan lainnya[1].
Untuk itu filsafat komunikasi dari segi ontologi
mempertanyakan apakah objek kajian ilmu komunikasi. Dalam konteks ilmu
komunikasi, terdapat tiga paradigma dasar yang menentukan prespektif atau cara
pandang terhadap komunikasi yaitu dari segi epistimologi, aksiologi dan
ontologi Berdasarkan ke tiga paradigma tersebut, komunikasi didefinisikan
sebagai usaha penyampaian pesan antar manusia. Artinya, objek ilmu komunikasi
adalah tentang penyampaian pesan antar manusia yang disampaikan dengan usaha
secara sengaja dilatari motif komunikasi, dikupas terlebih dahulu tentang
hakikat manusia terutama faktok rohani yang dimilikinya. Manusia tidak bisa
tidak berkomunikasi[2].
Sehingga tidak semua tindakan manusia adalah tindakan
komunikasi. Oleh karena itu tindak komunikasi dalam penyampaian pesan ditandai
dengan adanya motif komunikasi. Motif komunikasi sangat menentukan apakah
sesuatu layak disebut pesan atau tidak, apakah seseorang berlaku sebagai
komunikator medium atau komunikan yang bergeser menjadi komunikator.
Islam
Islam adalah agama tauhid. Maka, bila dalam filsafat lain
masih 'mencari Tuhan', dalam filsafat Islam justru Tuhan 'sudah ditemukan,
dalam arti bukan berarti sudah usang dan tidak dibahas lagi, namun filsuf islam
lebih memusatkan perhatiannya kepada manusia dan alam, karena sebagaimana diketahui,
pembahasan Tuhan hanya menjadi sebuah pembahasan yang tak pernah ada finalnya.
Secara etimologis filsafat berasal dari bahsa Arab yaitu falsafah. Kata falsafah inipun berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata philosophia. Philos berarti cinta, suka. Sophia berarti pengetahuan, ilmu, kebijaksanaan. Jadi Philosophia berarti cinta pengetahuan atau cinta pada kebijaksanaan. Sedangkan islam memiliki arti menyerahkan diri, lalu menyembah dan beribadah kepada Allah[3].
Secara etimologis filsafat berasal dari bahsa Arab yaitu falsafah. Kata falsafah inipun berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata philosophia. Philos berarti cinta, suka. Sophia berarti pengetahuan, ilmu, kebijaksanaan. Jadi Philosophia berarti cinta pengetahuan atau cinta pada kebijaksanaan. Sedangkan islam memiliki arti menyerahkan diri, lalu menyembah dan beribadah kepada Allah[3].
Ibadah dalam islam selalu dikaitkan dengan aktivitas
berpikir dan memang berpikir adalah perintah Ilahi agar manusia bisa beriman,
maka meniscayakan pengetahuan rasional di dalam proses kependidikan islam
berorientari pada nilai-nilai ketuhanan. Pengetahuan rasional dalam islam bukan
melulu akal dan bukan pula melulu indrawi, tetapi ada jalinan interdependensi.
Manusia diberikan
fitrah untuk mengenal Tuhan, naluri ini ada pada manusia sejak asal mula
kejadian atau penciptaannya. Melalu fitrah yang suci inilah pengetahuan yang
diperoleh melalui indrawi yang kemudian menghasilkan sebuah kebenaran yang
hakiki. Jadi, dengan demikian antara akal yang fitrah dan indrawi saling bahu
membahu dalam menghasilkan pengetahuan yang hakiki.
Pandangan hidup islam tidak berdasarkan kepada metode
dikotomis seperti obyektif dan subyektif, historis dan normatif. Namun,
realitas dan kebenaran dipahami dengan metode yang menyatu (tauhid). Pandangan
hidup islam bersumber kepada wahyu yag didukung oleh akal dan intuisi.
Islam memberikan keyakinan bahwa pembentukan pengetahuan
erat kaitannya dengan penciptaan hubungan manusia, alam, dan Tuhan dalam siklus
yang tidak terputus. Manusia sebagai subjek ilmu dituntut proaktif memainkan
peran khalifahnya di dalam membuat garis-garis hubungan yang akan membentuk
dirinya sebagai manusia mu’min muttaqin yang diidamkan. Dalam upaya ini, Islam
mengajarkan bahwa setiap anak manusia memiliki kebebasan menentukan dirinya
yang akan membawanya pada ‘ilmu al-yaqin yang memungkinkan ia bertanggung jawab
akan apa yang ia hasilkan[4].
Pengakuan akan betapa pentingnya ilmu dan Islam, terlihat
dari ajarannya yang menyebutkan bahwa mencari dan mengajarkan ilmu adalah
sesuatu yang diwajibkan, sehingga lembaga pendidikan adalah suatu lembaga yang
bertugas bagaimana menyadarkan subjek didiknya akan kewajiban dan tanggung
jawabnya untuk mengambil peran dalam belajar dan membelajarkan tersebut[5].
Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa Islam merupakan agama dan kepercayaan yang meyakini adanya Tuhan. Sehingga dalam filsafat Islam tidak lagi membicarakan atau mencari Tuhan, melainkan alam semesta dan manusia yang ada sebagai objek dan pusat perhatian.
Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa Islam merupakan agama dan kepercayaan yang meyakini adanya Tuhan. Sehingga dalam filsafat Islam tidak lagi membicarakan atau mencari Tuhan, melainkan alam semesta dan manusia yang ada sebagai objek dan pusat perhatian.
Komunikasi
Presfektif Islam
Ilmu komunikasi Islam, sebagaimana juga ilmu komunikasi
umum, membahas tentang manusia. Komunikasi ada pada semua aspek kehidupan
manusia. Tidak ada bidang kehidupan bermasyarakat yang tidak ada komunikasinya.
Dengan konteks inilah menurut Wilbur Schramm dan Edward Sapir (1973) sebetulnya
ilmu komunikasi tidak memiliki tanah atau lahan yang khusus bagi dirinya
sendiri namun berdiri dari ilmu-ilmu sebelumnya seperti psikologi, antropologi
dan lainnya seperti di kemukakan di atas.
Dengan demikian, komunikasi harus meminjam metode-metode
dari disiplin-disiplin ilmu lain untuk memahami teorinya sendiri. Bagi Islam,
komunikasi memang jelas sebagai salah satu fitrah manusia. Hal itu dapat
dilihat pada Alquran surat ar-Rahmān/55, ayat 1-4. Firman Allah:
Artinya:
“(Tuhan) Yang Maha
Pemurah, Yang telah mengajarkan al Quran. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya
pandai berbicara.”
Kata-kata “al-bayan”
di dalam salah satu ayat tersebut ditafsirkan As-Syaukani dalam tafsirnya Fath
al-Qadir, sebagaimana dikutip Jalaluddin Rakhmat, diartikan sebagai kemampuan
berkomunikasi[6].
Menurut Jalaluddin Rakhmat, selain kata “al-bayan”, kata kunci berkomunikasi yang
dipergunakan di dalam Al-quran juga terdapat perkatan “qaul” dalam konteks
“amar” atau perintah. Paling tidak, yang menggunakan kata-kata “qaul” dengan
berbagai variasinya di dalam Alquran terdapat pada Qs. an-Nisā’/4: 5, 9 dan 63,
al-Isra’/17: 23 dan 28, Tāha/20: 44 serta al-Ahzāb/33: 70. (Terjemahannya
secara berturut-turut di bawah ini):
Artinya:
“Dan janganlah kamu
serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada
dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka
belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka
kata-kata yang baik.”
“Dan hendaklah
takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka
anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.
Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka
mengucapkan perkataan yang benar.”
“Mereka itu adalah
orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. Karena itu
berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah
kepada mereka perkataan yang berbekas pada jiwa mereka.” (Qs. an-Nisā’/4: 5, 9
dan 63).
Artinya:
“Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
"ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia.”
“Dan jika kamu
berpaling dari mereka untuk memperoleh rahmat dari Tuhanmu yang kamu harapkan,
maka katakanlah kepada mereka ucapan yang pantas” (Q.s. al-Isra’/17: 23 dan
28).
Artinya:
“maka berbicaralah
kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia
ingat atau takut." (Q.s. Tāha/20: 44).
Artinya:
“Hai orang-orang
yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang
benar” (Q.s. al-Ahzāb/33: 70)
Dari ayat-ayat tersebut dipahami bahwa obyek bahkan
sekaligus yang menjadi subyek komunikasi Islam adalah manusia. Dengan demikian,
obyek penelaahan ilmu komunikasi Islam juga manusia itu sendiri. Manusia yang
menyampaikan pesan kepada sesamanya, bahkan ketika manusia berdo’a yang
diyakini sebagai komunikasi antara manusia dengan Tuhan (komunikasi
transendental) yang ditelaah adalah manusia itu sendiri, tentang bagaimana ia
memanjatkan do’a, etikanya pada saat berdo’a, sampai kepada diterima atau
tidaknya do’anya dengan melihat dampaknya terhadap dirinya atau yang
dido’akannya. Kendati yang terakhir ini tentu saja sulit terdeteksi, tetapi
paling tidak ada dampak yang dirsakannya mungkin daris sikap maupun
perilakunya.
Sementara itu, berdasarkan pengertian dan pemahaman Penulis
sendiri terhadap pengertian obyek formal sebagaimana yang telah diuraikan
sebelumnya, maka yang menjadi obyek formal ilmu komunikasi Islam tidak lain
adalah segala pesan (message) yang sesuai dengan ajaran Islam dengan
berdasarkan kepada Al-quran dan Hadis Nabi Muhammad Saw.
Tentu saja pesan yang menjadi kajian dalam ilmu
komunikasi Islam adalah pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada
komunikan sesuai dengan pesan-pesan yang diinginkan oleh Alquran maupun Hadis
Nabi Saw. Hal ini memang perlu ditekankan, sebab perbedaan mendasar antara
komunikasi Islam dengan komunikasi umum lainnya terutama terletak pada latar
belakang filosofisnya (Alquran dan Hadis Nabi Saw.) dan aspek etikanya yang
juga didasarkan pada landasan filosofi tersebut[7].
Komunikasi umum (non-Islam, nonreligius) sebenarnya juga
mengadopsi etika, tetapi sanksi atas pelanggaran komunikator terhadap etika
kamunikasi hanya berlaku di dunia. Sedangkan sanksi atas pelanggaran terhadap
etika komunikasi Islam berlaku sampai di akhirat. Ada hukuman akhirat dan
hukuman di alam kubur. Banyak sekali ayat dalam Alquran yang menjelaskan akan
adanya hukuman bagi pelanggar-pelanggar etika komunikasi, baik secara eksplisit
maupun implisit. Tetapi sanksi itu akan tidak berlaku lagi jika si pelanggar
suad bertaubat atau minta ampun, jika Tuhan telah mengampuninya.
Jika pesan merupakan bahan yang akan disampaikan kepada
komunikan, maka sumber pesan dalam komunikasi Islam ada 3 (tiga) kelompok,
yaitu:
a.
Sumber Primer
Alquran dan Hadis Nabi Muhammad Saw., sedangkan pada
komunikasi umum (Barat) informasi yang bersifat primer didapatkan dari pemegang
otoritas secara langsung (first hand information), seperti tesis, surat,
jurnal, dan sebagainya.
b.
Sumber Sekunder
Ijma’, qias, masālih al-mursalah, fatwa sahabat, amal
penduduk Madinah, informasi dari tamaddun/peradaban lainnya, sedangkan pada
komunikasi umum (Barat) yang menjadi sumber sekunder komunikasi adalah tulisan
atau perkataan yang menjelaskan sumber primer, seperti indeks, abstraksi,
bibliografi, dan sebagainya.
c.
Sumber Tertier
Pesan/informasi atau ilmu yang dikembangkan dari
sumber sekunder yang memunculkan ilmu-ilmu baru, sedangkan pada komunikasi umum
(Barat) sumber tertiernya adalah suatu informasi tentang sesuatu yang hal yang
berkaitan dengan informasi-informasi lainnya, seperti bibliografi untuk
bibliografi, buku tahunan atau laporan tahunan, dan sebagainya[8].
[2]
Sumber: http://raulchest.wordpress.com/tag/filsafat-ilmu-komunikasi/ diakses 25 Des. 2012 pukul 06.58
[6]
Sumber: http://alfarizisalman.blogspot.com/2010/07/ontologi-dalam-perspektif-islam.html
diakses 24 Des. 12 pukul 10.23
[7] Sumber: http://alfarizisalman.blogspot.com/2010/07/ontologi-dalam-perspektif-islam.html
diakses 24 Des. 12 pukul 10.23
[8] Sumber: http://alfarizisalman.blogspot.com/2010/07/ontologi-dalam-perspektif-islam.html
diakses 24 Des. 12 pukul 10.23
subhanalloh ya.. terbukti klo bapak ini alumni univ.islam terkemuka :)
ReplyDeleteJessica terima kasih... harus memberikan bekas pada almamater tercinta... hehe... yang lengkap download aja..."klik petunjuk "Makalah lengkap klik disini".. salam inspirasi...
Delete