Foto by: Andre Navrada/ twitt: @andrenavrada |
Oleh: Mulyadi Saputra
Indonesia
masuk dalam jajaran pengguna social media
terbanyak di dunia. Untuk Facebook, Indonesia merupakan pengguna keempat
terbesar di dunia, sedangkan Twitter masuk dalam posisi pertama. Banyak pakar
memprediksi, ke depan penggunaan social
media masih akan terus membesar dan berkembang seiring dengan fasilitas
jaringan internet yang kian membaik.
Salah satu yang membuat pesat perkembangan social media di Indonesia adalah kondisi masyarakatnya yang gampang
terprovokasi. “Indonesia memiliki masyarakat yang cepat terprovokasi dan latah.
Kalau orang lain punya sesuatu, dia juga harus memilikinya. Maka di Indonesia,
cukup cepat perkembangan new media,
terutama social media seperti Facebook
dan Twitter,” kata dosen Sekolah Komunikasi dan Multimedia (SKM) Institut
Manajemen Telkom (IM Telkom), Imansyah Lubis, S.Sos, M.Sn.
Dengan
beragam dampak negatifnya, new media menyimpan
sejuta manfaat yang dapat mendorong pertumbuhan Indonesia. Menurut Staf Ahli
Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) Bidang Komunikasi dan
Media, Dr. Henry Subiakto, MA, sejatinya teknologi tumbuh untuk memudahkan
manusia dalam berbagai aktivitas. “Teknologi tak
mungkin dihambat. Secara natural, teknologi mempermudah kehidupan kita. Kalau
bisa beli barang secara online dengan
harga sama, kenapa harus datang ke toko dan mengeluarkan biaya lebih mahal? Memang
harus hati-hati, karena transaksi di dunia maya rentan penipuan,” ungkap
Henry.
Banyak
manfaat dapat dipetik dari berkembangnya social
media. Cerita sukses berbisnis melalui social
media sudah tak asing lagi di telinga. Bahkan saat ini berkembang berbagai
portal penyedia bisnis online seperti
Kaskus, Berniaga, Toko Bagus, dan masih banyak lainnya. Dilihat dari sisi
bisnis, new media cukup berjasa,
terutama dalam pemasaran.
Dahulu
anggaran terbesar industri atau perusahaan setelah ongkos produksi adalah pemasaran.
Setelah berkembangnya new media,
pemasaran jadi teramat murah jika dapat mengoptimalkannya. “Tidak sedikit
bisnis dijalankan melalui social media,
karena hampir semua marketing
sekarang menggunakan social media. Social media dipandang sebagai media
masa depan, sementara media lain sudah dianggap sunset media,” ujar Henry.
Ranah
sosial pun turut merasakan manfaat social
media. Berkat bantuan social media,
komunikasi bisa kembali terjalin dengan teman, rekan, dan kerabat yang sudah puluhan
tahun tak pernah berhubungan. Ini bagian kecil saja dari sederet fenomena sosial
lain yang tumbuh marak berkat dukungan social
media. “Dalam konteks tertentu, social
media mengurangi aktivitas pertemuan akibat fasilitas teknologi yang semakin
mumpuni. Tapi sisi lain sangat membantu hubungan sosial dengan sesama, terutama
dengan rekan jauh,” sebut Henry.
Dunia
politik pun turut kecipratan untung dari perkembangan social media. Banyak politikus naik ke panggung kekuasaan berkat
jasa social media. Presiden Amerika
Serikat Barrack Obama misalnya, yang berhasil menggunakan Twitter untuk
kampanye dan propaganda sewaktu pemilihan presiden negara adidaya itu.
Henry
menjelaskan, “Boleh dibilang, Jokowi memenangkan pemilihan gubernur DKI Jakarta
karena hampir sebagian besar didukung social
media. Sudah ada metamorfosis dalam dunia politik. Dulu komunikasi politik menggunakan
media massa dan kader. Sekarang mesin partai politik tidak selalu bisa membuat
partai besar, tetapi yang bisa membuat besar adalah masyarakat sendiri. Jika
masyarakat tersentuh untuk mau ikut berpartisipasi, dia menjadi mesin sukarelawan
dari partai atau tokoh-tokoh politik saat maju dalam pemilu.”
Tak
hanya itu, social media juga dapat
difungsikan sebagai media pembelajaran (edukasi), informasi, dan lain-lain. Inilah
kedahsyatan social media yang mampu
mempermudah dan membantu berbagai kegiatan. “Lewat Kaskus, orang bisa berdiskusi
dan sharing, bisa membentuk komunitas
sesuai dengan minatnya, dan terlebih bisa mendapatkan penghasilan,” tambah Chairman of Technology Officer (CTO) PT Darta
Media Indonesia yang menaungi portal social
media Kaskus, Andrew Darwis.
Pentingnya Social Media Literacy
Namun
tak sedikit dampak negatif yang mengancam di balik new media, sehingga butuh filter yang mampu memilah informasi dalam
new media. Beberapa tahun belakangan
berkembang wacana melek media atau media literacy
dimana seseorang harus mampu memilah dan memilih informasi baik atau buruk yang
datang dari media massa. Media literacy
berperan memberikan filter terhadap keseluruhan informasi agar audiens tidak
mengkonsumsinya mentah-mentah. Maklum, tak semua media memberikan informasi positif
dan menyehatkan.
Social media
pun membutuhkan literacy, sebab pesan
serta informasi di dalamnya tak semua layak dikonsumsi langsung. Ada informasi
untuk kalangan menengah ke bawah, ada untuk menengah ke atas, ada untuk
anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua, serta ada pula yang bisa dikonsumsi
semua kalangan.
“Teknologi
harus selalu disertai dengan kemampuan literacy
agar masyarakat dapat memilih mana yang baik dan buruk. Social media juga harus ada social media literacy. Saya percaya
betul teknologi menciptakan kondisi liberal di masyarakat, dan masyarakat yang menggunakannya
secara tidak langsung dan tidak sadar telah masuk ke liberalisme,” tutur Henry.
Lebih dari itu, menurut Imansyah, pemahaman akan social media harus sudah ditanamkan pada
siswa-siswi sekolah, karena yang gampang terprovokasi adalah pelajar yang masih
labil kondisinya. “Seharusnya pemahaman new
media dan media literacy
diajarkan kepada pelajar sekolah sehingga filter dalam diri mereka tertanam
sejak dini. Fungsi utamanya untuk menyortir konten yang tidak baik atau memilah
mana yang dapat dikonsumsi dan mana yang harus dihindari. Tidak semua informasi
sesuai dengan budaya kita dan dapat diaplikasikan di Indonesia,” tegas Imansyah.
Secara
keseluruhan, new media memberikan
manfaat cukup besar. Dengan new media,
seseorang dapat berselancar menjelajahi informasi dan membuka wawasan tentang
dunia luar. Perihal penggunaannya untuk kepentingan baik atau buruk, terpulang
kembali semuanya pada Anda sebagai pengguna.
* Tulisan ini telah dimuat di Majalah Cyber Edisi Oktober 2012
* Tulisan ini telah dimuat di Majalah Cyber Edisi Oktober 2012
No comments:
Post a Comment